|
Amsal
24 : 16
“Sebab
tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan
roboh dalam bencana”
Pernah nonton
film SOUL SURFER? Film ini diambil dari kisah nyata seorang peselancar muda
bernama Bethany Hamilton, ia sudah suka berselancar sejak masih kecil dan biasa
berselancar dengan keluarga dan teman-temannya. Ia juga sering menjuarai lomba
berselancar. Suatu kali ia berselancar di Tunnels Beach, Kauai, Hawai dengan
sahabat dan kedua orangtua sahabatnya. Pagi sekitar pukul 07.50 mereka mulai
mengayuh papan selancarnya menuju tengah lautan untuk menyambut gelombang
tinggi, namun belum sampai ombak datang, tiba-tiba seekor ikan hiu sepanjang
4,3 meter menyerang Bethany, tanpa ada perlawanan hiu itu menggigit lengan kiri
Bethany. Ia kehilangan lengan kirinya. Ia putus asa dan marah kepada Tuhan
mengapa hal berharga yang dipunyainya hilang. Namun berkat dorongan orangtua,
saudara, dan sahabat-sahabatnya ia mau bangkit dan berjuang untuk melawan
keterbatasan yang ia miliki dan melanjutkan cita-citanya menjadi seorang
peselancar. Ia juga bersyukur karena ia masih bisa diberi kehidupan dan tidak
mengeluh pada keadaannya. Kejadian yang menyakitkan dapat berubah menjadi pelajaran
hidup dan pemulihan dirinya. Sejak itu ia selalu mensyukuri dan tidak pernah
menyerah lagi
Apa kalian
pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh Bethany? Mengalami
kegagalan atau keterpurukan? Tidak bisa mata pelajaran tertentu atau gagal
melakukan sesuatu yang padahal sudah kita perjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Kita ini adalah anak-anak muda yang sedang labil. Kita ingin menentukan arah
masa depan kita besok. Namun, kita juga masih bingung mau berjalan dan
menentukan kemana. Kita disibukkan dengan banyak tugas dan ulangan yang membuat
kita capek dan bosan. Tak jarang dari kita mengeluh dan marah kepada Tuhan
karena semua kesusahan yang kita lalui ini. Ada anak muda yang semakin jauh
dari Tuhan karena kesibukannya sendiri.
Saya juga
pernah mengalami kegagalan dalam hal studi. Kegagalan saya adalah di pelajaran
akuntansi. Dulu, saya selalu tidak tuntas dalam mata pelajaran akuntansi.
Padahal, saya merasa jam belajar saya sudah cukup banyak. Saya mengikuti
pelajaran dengan baik, mencatat, mengerjakan setiap tugas, dan belajar di luar
jam sekolah dengan mengikuti kursus. Tapi, berkali-kali saya selalu gagal dan
mendapat nilai dibawah target tuntas. Saya lelah dan sangat kecewa pada hasil
pencapaian saya. Saya mulai menyalahkan pelajarannya, gurunya, dan bahkan
soalnya. Saya tidak mau belajar dan justru menggerutu dengan keadaan saya. Saya
enggan belajar lagi dan ingin hasil yang baik tanpa perjuangan yang banyak.
Namun, suatu hari saya mendapat teguran dari mama saya. Ia mengatakan “Kalau
mengalami kegagalan, ya belajar lagi. Memang ada harga yang harus dibayar untuk
mendapatkan yang kamu inginkan”. Lalu sejak itu saya mulai mengkoreksi diri
saya. Saya sadar bahwa selama ini jam belajar saya memang banyak, namun saya
belum mendapatkan ‘pemahaman’ itu sendiri. Saya juga terlalu banyak menyibukkan
diri dengan hal-hal pribadi yang tidak penting dan tidak seharusnya berguna
untuk dilakukan. Mama saya juga mengingatkan kepada saya bahwa selama ini saya
tidak mau dekat dengan Tuhan dan terlalu egois pada diri sendiri, padahal kunci
dari keberhasilan seseorang ditentukan oleh campur tangan Tuhan. Saya mulai
berlatih lebih banyak soal-soal akuntansi. Saya mulai menganalisis kelemahan
dan materi yang kurang saya pahami. Saya berlatih dengan banyak soal-soal dan
lebih fokus. Saya mulai mendekat kepada Tuhan lewat doa untuk penyerahan diri
kepada-Nya. Saya berusaha dengan maksimal, dan Tuhan yang akan
menyempurnakannya. Saya sangat merasakan cinta kasih Tuhan saat saya lelah dan
mulai putus asa. Tuhan memberi saya kekuatan dan menemani saya. Sejak saat itu,
saya mulai mendapat ‘pemahaman’ dan dapat mengerjakan soal-soal akuntansi. Bagi
saya dulu pelajaran akuntansi merupakan ‘momok’ saya. Namun perlahan-lahan saya
mulai terbiasa dengan akuntansi.
Saat kita
hidup, kita akan selalu bertemu dengan masalah. Mengalami kegagalan saat
ulangan, tidak bisa sesuatu, ditolak atau tidak diterima, disalahkan, dimarahi,
dsb. Hal itu membuat kita lemah dan tidak percaya diri lagi. Tuhan memberikan
setiap masalah untuk mendewasakan diri kita. Kadang itu menyakitkan dan susah
untuk dimengerti, tapi pasti Tuhan punya rencana yang indah untuk setiap kita.
Bagai bejana yang siap dibentuk, kita harus siap menerima masalah-masalah itu
dan tetap berpikir kritis dan positif saat mengalaminya. Tuhan tak akan pernah
memberikan pencobaan melebihi kekuatan kita. Kadang kita tak mengerti
maksud-Nya seperti apa untuk hidup kita. Ada
pelangi setelah hujan, ada sesuatu yang Tuhan sediakan bagi kita.
Nah, sekarang
tergantung respon kita dalam menghadapi suatu tantangan dan masalah tersebut.
Kita menerimanya dengan positif, berjuang dan bangkit atau malah negatif,
menyerah dan meninggalkannya. Tuhan tak pernah mau anak-anaknya menderita dan
Ia mau setiap anak muda mengalami keberhasilan dan dibentuk menjadi bejana yang
indah. Kalau kita ikut Tuhan, kita harus siap dibentuk menjadi sesuatu yang
berharga, diatas rata-rata, dan tidak biasa-biasa saja. Ada sebuah kisah yang
menceritakan penederitaan pensil karena ia harus dirauti, dihapus, diulang
lagi. Ia merasakan sakit dan lelah, tapi dari kesakitan dan penderitaan seperti
itulah ia dibentuk menjadi sesuatu yang berharga dan berguna bagi orang lain. Saat
kita siap dibentuk, Tuhan akan bekerja.
Seberapa besar
waktu yang telah kalian sediakan dan kalian berikan untuk Tuhan? Tuhan mau
setiap anak muda mendekat kepada-Nya. Kita diberikan waktu oleh Tuhan 24jam
sehari. Tapi seberapa banyak waktu yang telah kita berikan untuk bersyukur dan
memuji Dia? Ironisnya, seringkali kita malah mengeluh mengapa waktu sangat
singkat dan padat. Kita menggunakan waktu yang sangat berharga itu untuk
mengisi kesibukan kita sendiri dan akibatnya Tuhan dinomer “sekian”kan atau
bahkan dilupakan. Waktu-waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk bertemu
Tuhan malah kita sia-siakan dengan hal-hal yang tidak berguna. Misalnya saja
bermain handphone, game-online, browsing, pergi hang-out,
pacaran, menggosip, dsb. Padahal Tuhan sendiri ingin berbicara dan bertemu secara
pribadi dengan kita. Kalau kita menjauhkan diri kita dari Tuhan, kapan kita
akan diberikan berkat dan peneguhan yang sangat luarbiasa itu? Setiap hari
minggu kita ke gereja, namun setiap harinya kita sibuk dengan urusan-urusan
kita sendiri, ya sama saja bohong. Tuhan mau kita selalu dekat dengan Dia,
karena Dia sangat menyayangi kita.
Sadarilah bahwa
setiap masalah yang Tuhan berikan kepada kita adalah cara Tuhan untuk
mendewasakan dan membuat kita semakin dekat dengan-Nya. Tuhan telah berkorban
untuk menghancurkan segala kutuk dosa kita semua. Kita ini sangat berharga
dimata Tuhan. Tuhan ingin kita menjadi biji mata Nya. Ia menginginkan kita
berhasil. Tapi semua itu juga tergantung dari kita sendiri. Kita mau dibentuk
atau tidak. Dalam sebuah keberhasilan, tidak ada yang tanpa pengorbanan. Seseorang
yang berhasil selalu mau berusaha mencapai dan menghadapi setiap tantangan dan
masalah tersebut. Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan jahat dan tidak peduli
pada kita. Ia dapat melakukan perkara-perkara besar yang belum tentu kita kira.
Karena Tuhan adalah Allah yang menyediakan, tidak pernah memberikan batu pada
yang meminta roti. Asal kita percaya dan tidak menyerah “digembleng” Tuhan,
kita akan menemukan kebahagiaan dan keberhasilan. Semua itu proses dan semua
tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Tuhan mau setiap dari kita menjadi
anak-anak muda yang berhasil. Keep Fighting, don’t Give Up ! Haleluya !
0 komentar:
Posting Komentar