13 September 2014

Totally Different !

Waktu tidak akan bisa diputar atau diulang. Begitulah kata-kata yang sering kudengar. Mungkin dulu aku belum benar-benar merasakan atau menganggap semua itu hanya ucapan belaka yang tidak perlu digubris. Waktu SMA, semua kebutuhan dan segala aktivitas berada di bawah naungan orangtua, tapi sekarang? Benar-benar berbeda, Beberapa bulan yang lalu, masih ada yang menyiapkan makan, ada yang merawat waktu sakit. Itu dulu. Sekarang berbeda. Saat kehidupan anak kos dimulai, mau tidak mau aku dipaksa untuk bisa mandiri dan melakukan segala sesuatu itu sendiri. Dulu, saat bangun tidur pun selalu ada yang membangunkan. Waktu kuliah, tidak ada yang membangunkan atau mengingatkan saat lupa jam kuliah. Bahkan saat badan kita sakit pun kita harus bertanggung jawab mengurus sendiri. Saat mulai lemah, memotivasi diri adalah hal yang biasa dilakukan. Kehidupan memang terus berjalan, bagaikan roda yang selalu melaju. Seperti anak burung yang dipaksa terbang keluar untuk dapat hidup sendiri, ini adalah gambaran diriku saat ini. Mungkin apa yang kualami sekarang adalah cara bagaimana kehidupan memproses diriku untuk menjadikanku lebih dewasa dalam bertindak dan bersikap. Dunia menawarkan banyak hal yang menggiurkan. Teman pun harus pandai-pandai dipilih. Salah kita kalau sampai teman membuat kita melakukan hal tidak baik. Bukan salah kita jika kita memutuskan untuk memilih teman yang benar-benar baik. Percaya atau tidak, teman merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kita. Pilihlah teman yang selalu mengarahkan kita untuk menjadi pribadi yang baik, bukan malah menyesatkan. Setiap orang punya pilihan dan prioritas. Setiap orang punya hak yang sama dalam memiliki waktu. Waktu adalah harta yang tak ternilai karena sedetik pun kita melewatkan, hasil dan dampaknya akan terlihat dikemudian hari. Apa yang kita lakukan sekarang, adalah kunci di masa depan. Jadi semua itu pilihan anda. Ada ucapan yang selalu kuingat dari Suster Kepala Sekolah SMAku dulu yang berkata "Menunda kesenangan saat ini, demi kesenangan yang lebih besar di masa yang akan datang". Semangat !!

12 September 2014

Malaikat Pelindung

Malaikat Pelindung

Oleh Jesica Grace Utomo

Siang hari ...
Hari itu sangat panas. Kendaraan bermotor lalu lalang. Dari kejauhan, terdengar suara tangisan keras. Seorang gadis kecil menangis keras diatas pangkuan mamanya yang mencoba menangkap anak itu supaya tidak keluar. Suara tangisan itu seolah menelan suara bising dari kendaraan-kendaraan motor yang sedang melaju kencang. Jalanan semakin ramai dan aspalnya mengilat-ngilat dibawah becak yang dengan kecepatan tinggi menuruni jalan itu.
 “Mama ... mama ... ! Huaaaaa” sambil meronta-ronta melepaskan pelukan mamanya.
“Diam .. ! Nurut sama mama!” sambil memegangi Jessy dengan kuat.
 “Jessy maunya sama nenek ma ! Nggak mau sama mereka ! huuuaaa ....” berteriak semakin keras
 “Sekali tidak tetap tidak !”
     Sementara itu dari kejauhan terlihat seorang wanita mengikuti mereka dari belakang dan melihat semua itu dari motornya. Hanya kaku dan diam. Perlahan, air mata menetes dari pipinya seolah merasakan bagaimana kesedihan anak kecil itu. Rasa nyeri dan sedih menjalari hatinya. Ingin rasanya merebut anak kecil itu kedekapannya dan membawanya pulang ke rumah. Namun tak bisa ......
Sore hari ...
Disebuah rumah tua ...
 “Berikan ini kepada minumannya.” Pinta Bapak tua sambil memberikan seplastik kecil berisi bubuk putih.
 “Baiklah, terima kasih Pak..” balas Tante Rosa sambil menerima bubukan itu.
Tak ada yang tahu bagaimana perasaan perempuan tua berambut keriting itu. Hatinya sedih bercampur dengan rindu. Kecemasan selalu menghantuinya dirinya. Rasa kesepian pun selalu menemaninya. 5tahun sudah ia menghabiskan waktunya bersama anak kecil itu. Ya, waktu yang lama. Bahkan ia menjadi sosok yang melebihi ibu dari anak kecil itu. Kasih sayangnya selalu ada. Namun semua berakhir karena orang-orang yang jahat. Ia hanya dapat diam dan melamun. Hanya doa-doa yang dapat ia kirimkan pada anak kecil itu. Berharap ada malaikat yang selalu melindunginya dari segala sesuatu yang jahat dan tidak benar.
Malam bertabur bintang kini kembali menyambut malam yang sepi bagi Jessy. Malam itu ia hanya dapat diam memandangi mainan-mainan yang berserakan disekitanya. Matanya bengkak akibat menangis tadi siang. Ada lengkungan hitam dibawah kelopak matanya. Ia ingin menangis, namun sepertinya air mata itu sudah habis. Hanya ada perasaan-perasaan itu. Kecil, lemah, rapuh, dan kesepian dihatinya. Sendirian dan kesepian. Tak ada rasa lapar atau haus, namun yang tersisa adalah perasaan rindu dan ingin berada didekapannya. Sempat terlintas ide brilian diotaknya. Pergi. Ya pergi. Kemanapun itu. Itu adalah jalan satu-satunya untuk keluar dari rumah itu.
Tiba-tiba terdengar suara keras orang itu. Ya, orang yang sangat menyebalkan dan membuatnya berakhir disitu. Karena dialah, sekarang ia tidak bisa berada dengan neneknya. Ia mendongak dan mendengar suara perempuan itu memanggilnya untuk  makan. Ia tidak menjawab sama sekali. Ia rindu dengan suara halus dan lembut neneknya, bukan seperti ini. Ia berjalan pelan, duduk dimeja makan, dan hanya memandangi makanan yang ada dimeja itu tanpa menyentuh sedikitpun.
     Hari-hari itu berjalan semakin sulit saja. Beberapa hari tidak ada makanan yang masuk ke tubuhnya. Badannya menjadi kurus. Pipinya semakin menyusut.
     Tante Rosa menyuruh mama Jessy untuk memberikan minuman yang sudah dicampur dengan bubukan ke Jessy. Ia yakin, dengan minuman itu Jessy tidak akan mengingat apa-apa lagi tentang neneknya. Dan akan menuruti semua kemauan mamanya.
 “Jessy.. mama pulang .. ! Kamu minum minuman ini ..” kata mama Jessy sambil  memberikan sebuah botol bergambarkan winnie the pooh.
Jessy mendongak dan mengambil minuman dari genggaman mamanya.
Lalu ia menuju ke dapur.
Ia mulai memutar tutup tempat minum itu. Namun, tiba-tiba saja ia berpikir untuk menuangkan minuman itu ke bak cucian piring. Entah kenapa dan darimana. Pikiran itu terlintas begitu saja. Lalu ia menuang habis air didalam tempat minuman itu ke dalam bak cucian.
Mama Jessy masuk kedalam dapur dan melihat semua itu dari belakang. Ia hanya dapat terdiam dan melongo. Ia tertegun kenapa Jessy tidak meminum minuman itu dan membuangnya seolah ia diselamatkan oleh sesuatu. Ia sadar akan sesuatu yang selama ini tidak ia ketahui. Kasih sayang yang sesungguhnya. Kasih yang tulus. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Namun, ada seorang wanita yang menyayangi anaknya seperti itu. Bahkan melebihi dirinya. Butir-butir air jatuh perlahan dari kelopak matanya. Lalu ia memeluk dan menggendong Jessy dari belakang.

     Hembusan angin kembali membelai wajahku, dan membangunkan lamunan kecilku. Kembali aku tersadar. Aku mendongak keatas dan melihat burung-burung kecil yang berkicau ria diatas sana. Sekarang, aku berdiri didepan batu nisan berwarna abu tua diatas sebuah bukit kecil. Tercium bau bunga harum yang membuatku teringat wajahnya yang lembut dan penuh kasih sayang itu. Disini adalah tempat peristirahatan terakhirnya didunia. Mungkin ia sekarang sudah tiada, namun kasih sayang dan cintanya selalu akan ada dihatiku. Tidak ada yang dapat menggantikannya. Ia adalah malaikat pelindungku ...

Sistem Hukum Internasional

Religious

USA

Review : Chicken Soup For The Soul



http://www.slideshare.net/jesicagrace/chicken-soup-for-the-soul-26408103


Introduction
When I was kid, I used to thing everything cganged on your teenth birthday. I remember going to sleep and thinking when I woke up, I’d be a totally different person. Teenager ! suddenly, I was going to be like every cool character in the books I read and movies I watched. The difference between seventeenth and teenth seemed hug.
Of course, when I woke up the morning of my teenth birthday, I wasn’t any different. You learn quickly that just being one of them --- teenager --- doesn’t change everything. But six years later, on the morning of your seventeenth birthdaym you’re bound to look back, realize how much you changed , and wonder when it happened.
Why did we call this book Chicken Soup for The Soul. Just for Teenagers ? Simple. Teenagers really do need a  book that’s just for them while so much is happening. Chicken soup for the soul has always provided upport yo teens over the years, bu that different now, but the basic struggles of teenagers stay the same. Who are my real friends? Where do I belong ? Why am I so short or tall or big or small or ... different? And the age-old question : why doesn’t my skin seem to understand that it’s Homecoming and I really can’t have a pimple ?
That’s where this book comes in. These are stories from real teenagers who are making their way through the obstacle course right now. They’re having their first kisses and gettingtheir heart broken. They’ere learning to be kind to others and to themselves. They’re finding their place in life, the things they’re passionate about, and discovering just how much they love their family, their pets, and their friends.
                Within these pages, you won’t find out how to be pupular, or how to get good grades, or even how to please your parents. What you will learn is how other teenagers felt about the good and bad times they had. Maybe you’ll feel the same, or maybe you’ll feel different --- but you definitely won’t feel alone.
                I hope you enjoy these stories.
Identity book :
1.       Compiled by Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark.
2.       Summary : A collection of 101 true stories from teenagers and adults about their teenage years, recalling issues with friends, embarrassing moments, bullies, family, sports, self-confidence, crushes, life lessons, and learning to do the right thing.
3.       Interest age group : 012 – 017
4.       ISBN : 978-1-935096-72-6
5.       Printed in the USA
Why I chose this book to be presented?
This book is very interesting to read because of all the stories in this book is a true story. I borrowed this book in our school library. our school has a library with books that have life lessons. In addition, I also want to practice reading English-language books.
Reasons why you should read this book :
You’re becoming an adult, your friends are changing, school is more challenging, and your life has more ups and downs than it used to. This “support group in a book” for you. You are not alone and you’ll find out why when you read these 101 stories about :
1.       Feeling good about yourself
2.       True friends and new friends
3.       Funny moments
4.       Setting goals and meeting challenges
5.       Tough times for you and your friends
6.       Crushes
7.       Family issues
8.       Learning to do what’s right
9.       And lots more stories about your teenage life

Okay, for more details, I will describe some of the stories from this book with a moral message to our youth. I chose 3 of 101 stories from this book.
The titles are :
1.       Encountering Grace
2.       Life Lesson

3.       What’s next ?

Hurdles